Let's Make An Evolution
"I Was The Dream Weaver, But Now I’m Reborn"
Kata-kata ini diambil dari
lagu God-nya John Lennon. Di balik kontroversi lagu ini yang katanya menggiring
pada atheisme, sekularisme, bahkan diabolism Dajjal, ada kisah otentik dari John
Lennon kecil yang penuh haru.
Dia terlahir dengan background
pasca kecamuk perang dunia II yang membuat pemerintah inggris saat itu harus melakukan
recovery secepatnya, setidaknya mencetak pelajar yang berguna. Ayahnya
yang berprofesi seorang nelayan pergi meninggalkannya dan Ibunya meninggal
tertabrak mobil dinas polisi yang sedang mabuk di siang hari.
Dua momen “orphan” tersebut
diabadikan dalam lagu Mother yang dinyanyikan oleh John dengan sangat tragedis.
Betapa tragis kehidupannya, hingga ia tumbuh menjadi seorang perindu
perdamaian.
Jadi, pada dasarnya lagu God
hingga lagu Imagine adalah nothing, hanya sekedar tangis kerinduan belaka.
Ajakan di dalamnya hanya berupa formalitas. Ya, namanya juga imagine yang
artinya khayalan. Itu adalah otentik khayalannya John Lennon yang diimprovisasi
oleh alam pikiran Yoko Ono, istwo-nya.
Kuy, kita kembali ke kalimat “I
was a dream weaver, but now I’m reborn. I was the walrus, but now I’m John.”
(gue dulunya cuma seorang pemimpi, kini gue terlahir kembali dengan misi dan
semangat baru. Dulu gue bercanda dan ingin disebut Walrus, tapi sekarang gue
adalah John).
Kita fokuskan ke energi
liriknya ya, Guys, yaa! Ini tentang konsep perubahan menjadi lebih baik.
Jadilah seperti ulat, jangan seperti ular! Seekor ulat dan ular sama-sama
berjuang untuk berubah dengan melakukan puasa selama beberapa waktu, keduanya
sama-sama menahan lapar di bawah terik matahari. Namun, ketika masanya tiba,
ulat berubah dengan sangat indah menjadi kupu-kupu, berbeda dengan ular yang
tidak ada perubahan sama sekali, dia hanya memoles kulitnya menjadi lebih muda.
Guys! Dewasa ini, perubahan
merupakan sebuah keniscayaan. 100 tahun lalu, tutorial memasak yang diajarkan
moyang kita kepada nenek kita masih relevan untuk diajarkan Kembali kepada ibu
kita, namun saat ini, dunia berubah setidaknya setiap 10 tahun sekali.
Para pengamat menyebutnya era
disrupsi atau diskropsi, era ketika dunia berubah dengan begitu cepat, teknis
lama tergantikan dengan teknis baru yang lebih mudah dan sederhana.
Di era disrupsi ini, justru
yang tidak sigap terhadap perubahan lah yang akan celaka. Mungkin kita sering
dengan kisah Yahoo Messenger yang meremehkan lawannya, dengan agak sok jual
mahal ketika ditawar oleh Google, akhirnya Yahoo tenggelam dan terlupakan. Kita
juga sudah tidak asing dengan kisah Nokia yang colaps karena kepedean, meremehkan
kompetitor, dan enggan berubah. Detail kisahnya silakan riset sendiri tentang tenggelamnya
dua raksasa masa lalu itu.
Inti
yang ingin disampaikan dalam fragmen tulisan ini adalah: “Berevolusilah!”
Buatlah sebuah perubahan besar dalam hidupmu. Hindari zona nyaman bermental
kawanan. Jadilah orang terdepan dengan skill yang kamu miliki.

0 komentar: