Let's Make An Evolution

21.35.00 Pustaka Abu Hizqiyal 0 Comments

 

 "I Was The Dream Weaver, But Now I’m Reborn"

Kata-kata ini diambil dari lagu God-nya John Lennon. Di balik kontroversi lagu ini yang katanya menggiring pada atheisme, sekularisme, bahkan diabolism Dajjal, ada kisah otentik dari John Lennon kecil yang penuh haru.

Dia terlahir dengan background pasca kecamuk perang dunia II yang membuat pemerintah inggris saat itu harus melakukan recovery secepatnya, setidaknya mencetak pelajar yang berguna. Ayahnya yang berprofesi seorang nelayan pergi meninggalkannya dan Ibunya meninggal tertabrak mobil dinas polisi yang sedang mabuk di siang hari.

Dua momen “orphan” tersebut diabadikan dalam lagu Mother yang dinyanyikan oleh John dengan sangat tragedis. Betapa tragis kehidupannya, hingga ia tumbuh menjadi seorang perindu perdamaian.

Jadi, pada dasarnya lagu God hingga lagu Imagine adalah nothing, hanya sekedar tangis kerinduan belaka. Ajakan di dalamnya hanya berupa formalitas. Ya, namanya juga imagine yang artinya khayalan. Itu adalah otentik khayalannya John Lennon yang diimprovisasi oleh alam pikiran Yoko Ono, istwo-nya.

Kuy, kita kembali ke kalimat “I was a dream weaver, but now I’m reborn. I was the walrus, but now I’m John.” (gue dulunya cuma seorang pemimpi, kini gue terlahir kembali dengan misi dan semangat baru. Dulu gue bercanda dan ingin disebut Walrus, tapi sekarang gue adalah John).

Kita fokuskan ke energi liriknya ya, Guys, yaa! Ini tentang konsep perubahan menjadi lebih baik. Jadilah seperti ulat, jangan seperti ular! Seekor ulat dan ular sama-sama berjuang untuk berubah dengan melakukan puasa selama beberapa waktu, keduanya sama-sama menahan lapar di bawah terik matahari. Namun, ketika masanya tiba, ulat berubah dengan sangat indah menjadi kupu-kupu, berbeda dengan ular yang tidak ada perubahan sama sekali, dia hanya memoles kulitnya menjadi lebih muda.

Guys! Dewasa ini, perubahan merupakan sebuah keniscayaan. 100 tahun lalu, tutorial memasak yang diajarkan moyang kita kepada nenek kita masih relevan untuk diajarkan Kembali kepada ibu kita, namun saat ini, dunia berubah setidaknya setiap 10 tahun sekali.

Para pengamat menyebutnya era disrupsi atau diskropsi, era ketika dunia berubah dengan begitu cepat, teknis lama tergantikan dengan teknis baru yang lebih mudah dan sederhana.

Di era disrupsi ini, justru yang tidak sigap terhadap perubahan lah yang akan celaka. Mungkin kita sering dengan kisah Yahoo Messenger yang meremehkan lawannya, dengan agak sok jual mahal ketika ditawar oleh Google, akhirnya Yahoo tenggelam dan terlupakan. Kita juga sudah tidak asing dengan kisah Nokia yang colaps karena kepedean, meremehkan kompetitor, dan enggan berubah. Detail kisahnya silakan riset sendiri tentang tenggelamnya dua raksasa masa lalu itu.

Inti yang ingin disampaikan dalam fragmen tulisan ini adalah: “Berevolusilah!” Buatlah sebuah perubahan besar dalam hidupmu. Hindari zona nyaman bermental kawanan. Jadilah orang terdepan dengan skill yang kamu miliki.

You Might Also Like

0 komentar: