"Qiila Wa Qoola", Mau Dibawa Kemana???
الْحَمْدُ
لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ والسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى ألِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ وَالَاهُ, أمّا بَعْدُ:
Tahukah anda
makna Qiila wa Qoola? Mari kita tinjau perkataan dari para ulama tentang arti
kata tersebut. Menurut Imam Malik Rohimahulloh, Qiila wa Qoola adalah memperbanyak
ucapan dan menyebar berita yang mengkhawatirkan, seperti ucapan seseorang: “Si
fulan mengatakan begini”, “Si fulan melakukan ini”, dan ikut-ikutan dalam
perkara yang tidak pantas. Senada dengan perkataan Imam Nawawi Rohimahulloh
dalam kitab Riyadhus Sholihin, Al-Imam menjelaskan bahwa Qiila wa Qoola adalah
menceritakan semua yang ia dengarkan. Ia berkata:, “Katanya begini”, “Kata si
fulan begitu”, sedangkan ia sendiri tidak mengetahui kebenaran berita yang ia
sebarkan. Padahal cukuplah seseorang itu dikatakan berdusta, tatkala ia
menceritakan semua yang ia dengarkan.
Seringkali kita mendapatkan suatu berita yang masih samar
kebenarannya, kemudian tak jarang pula banyak orang yang membagikan berita
tersebut, baik secara lisan ataupun melalui tulisan di berbagai media massa.
Tak jarang juga berita tersebut menyebabkan orang-orang sibuk dan saling
berbantah-bantahan, padahal berita tersebut masih samar. Seorang Syaikh ahli
hadits memberikan nasihat kepada kita semua tentang hal ini. Ia berkata. “Nasehatku,
hendaklah seseorang menyibukkan diri dengan mempelajari ilmu agama, sehingga ia
mencapai kebaikan dan dapat mengamalkannya, serta dapat memberikan manfaat bagi
orang-orang di sekitarnya dengan ilmu yang diperolehnya, dan hendaknya ia
meninggalkan Qiila wa Qoola, yang hanya akan memberikan mudhorot kepada
mereka.
Maka janganlah
kita mudah terpengaruh atau terhasut dengan ucapan seseorang yang belum pasti kebenarannya,
meskipun orang banyak telah ramai membicarakannya. Apalagi di zaman keterbukaan
ini, informasi dan berita begitu cepat tersebar melalui beberapa media massa.
Tak jarang informasi itu dibumbui dengan kebohongan-kebohongan yang bersumber
dari berita “katanya”, “mungkin”, “bisa jadi”, dan lainnya. Maka jangan sampai
kita terjerat dalam penyebaran informasi yang belum terbukti kebenarannya.
Wallohu a’lam.
Salam, Abu Hizqiyal Khalid Al-Ghafiqhie


0 komentar: