"Qiila Wa Qoola", Mau Dibawa Kemana???

21.07.00 Pustaka Abu Hizqiyal 0 Comments


الْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ والسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى ألِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ, أمّا بَعْدُ:
Tahukah anda makna Qiila wa Qoola? Mari kita tinjau perkataan dari para ulama tentang arti kata tersebut. Menurut Imam Malik Rohimahulloh, Qiila wa Qoola adalah memperbanyak ucapan dan menyebar berita yang mengkhawatirkan, seperti ucapan seseorang: “Si fulan mengatakan begini”, “Si fulan melakukan ini”, dan ikut-ikutan dalam perkara yang tidak pantas. Senada dengan perkataan Imam Nawawi Rohimahulloh dalam kitab Riyadhus Sholihin, Al-Imam menjelaskan bahwa Qiila wa Qoola adalah menceritakan semua yang ia dengarkan. Ia berkata:, “Katanya begini”, “Kata si fulan begitu”, sedangkan ia sendiri tidak mengetahui kebenaran berita yang ia sebarkan. Padahal cukuplah seseorang itu dikatakan berdusta, tatkala ia menceritakan semua yang ia dengarkan.

Seringkali kita mendapatkan suatu berita yang masih samar kebenarannya, kemudian tak jarang pula banyak orang yang membagikan berita tersebut, baik secara lisan ataupun melalui tulisan di berbagai media massa. Tak jarang juga berita tersebut menyebabkan orang-orang sibuk dan saling berbantah-bantahan, padahal berita tersebut masih samar. Seorang Syaikh ahli hadits memberikan nasihat kepada kita semua tentang hal ini. Ia berkata. “Nasehatku, hendaklah seseorang menyibukkan diri dengan mempelajari ilmu agama, sehingga ia mencapai kebaikan dan dapat mengamalkannya, serta dapat memberikan manfaat bagi orang-orang di sekitarnya dengan ilmu yang diperolehnya, dan hendaknya ia meninggalkan Qiila wa Qoola, yang hanya akan memberikan mudhorot kepada mereka.

Maka janganlah kita mudah terpengaruh atau terhasut dengan ucapan seseorang yang belum pasti kebenarannya, meskipun orang banyak telah ramai membicarakannya. Apalagi di zaman keterbukaan ini, informasi dan berita begitu cepat tersebar melalui beberapa media massa. Tak jarang informasi itu dibumbui dengan kebohongan-kebohongan yang bersumber dari berita “katanya”, “mungkin”, “bisa jadi”, dan lainnya. Maka jangan sampai kita terjerat dalam penyebaran informasi yang belum terbukti kebenarannya. Wallohu a’lam.

Salam, Abu Hizqiyal Khalid Al-Ghafiqhie


You Might Also Like

0 komentar: