Berbaktilah, Berbaktilah, dan Berbaktilah!
Al-Imam Adz-Dzahabi Rohimahulloh menulis di dalam
kitab Al-Kabaair tentang besarnya jasa seorang Ibu sebagai berikut.
Ibumu telah mengandungmu di dalam perutnya selama
sembilan bu lan. Dia bersusah payah ketika melahirkanmu yang hampir saja
menghilangkan nyawanya. Dia telah menyusuimu, dan ia hilangkan rasa kantuknya
karena menjagamu. Dia cuci kotoranmu dengan tangan kirinya, dia lebih utamakan
dirimu daripada dirinya. Dia jadikan pangkuannya sebagai ayunan bagimu.
Dia telah memberikanmu semua kebaikan dan apabila
kamu sakit atau mengeluh, maka tampak darinya kesusahan yang luar biasa dan
panjang sekali kesedihannya dan dia keluarkan harta untuk membayar dokter yang
mengobatimu. Seandainya dipilih antara hidupmu dan kematiannya, maka dia akan
meminta supaya kamu hidup dengan suaranya yang paling keras.
Betapa banyak kebaikan ibu, sedangkan engkau balas
dengan akhlak yang tidak baik. Dia selalu mendo’akanmu dengan taufik, baik
secara sembunyi maupun terang-terangan. Tatkala ibumu membutuhkanmu di saat dia
sudah tua renta, engkau jadikan dia sebagai barang yang tidak berharga di
sisimu.
Engkau kenyang dalam keadaan dia lapar. Engkau puas
minum dalam keadaan dia kehausan. Engkau mendahulukan berbuat baik kepada istri
dan anakmu daripada ibumu. Engkau lupakan semua kebaikan yang pernah dia
perbuat. Berat rasanya atasmu memeliharanya padahal itu adalah urusan yang
mudah.
Engkau mengira usia ibumu panjang, padahal bisa jadi
umurnya sudah pendek. Engkau tinggalkan ibumu padahal dia tidak punya pembantu
di dunia selain dirimu. Padahal Allah telah melarangmu berkata ‘ah’ dan Allah
telah mencelamu dengan celaan yang lembut. Engkau akan disiksa di dunia dengan
durhakanya anak-anakmu kepadamu. Allah akan membalas di akhirat dengan
dijauhkan dari Allah Rabbul ‘aalamin. Demikian penuturan Al-Imam.
Sudahkah kita meletakkan derajat Ibu kita di tempat
yang seuai dengan memberikan semesta bakti kepadanya? Ketahuilah, sebanyak
apapun bakti kita kepada ibu kita, belum dapat menebus jasa-jasa Ibu kepada
kita. Maka hendaklah kita berbakti kepada kedua orangtua kita, terkhusus kepada
Ibu, baik selagi ada di dunia maupun setelah diwafatkan oleh Dzat yang Maha
Mewafatkan makhluk-Nya. Maka teruslah menjadi seorang anak yang senantiasa
berbakti dan mendo’akan orang tua kita.
"SADARILAH! BERBAKTI KEPADA ORANGTUA ADALAH WASIAT TANPA SYARAT. SANG IBU TIDAK HARUS SHOLEHAH TERLEBIH DAHULU, TIDAK HARUS KAYA TERLEBIH DAHULU, DAN LAIN LAIN. BAHKAN KETIKA SEORANG IBU BERAGAMA NON ISLAM, ANAKNYA HARUS TETAP BERBAKTI KEPADA IBUNYA, DENGAN RAMBU-RAMBU TERTENTU. BAGAIMANAPUN KEADAANNYA, SEORANG ANAK HARUS TETAP BERBAKTI KEPADA IBUNYA"
Salam, Abu Hizqiyal Khalid Al-Ghafiqhie


0 komentar: