Pulanglah Ke Rumah!

16.58.00 Pustaka Abu Hizqiyal 0 Comments



Dua tahun yang lalu (2017) saya berkhidmat di sebuah radio dakwah di Bogor. Sebuah radio yang konsisten menyampaikan dakwah Islam yang murni. Radio ini berada di bawah salah satu ormas Islam.

Di arena dakwah yang dirahmati Alloh ini saya bertugas menjadi penulis naskah, yang nantinya digunakan sebagai referensi sekunder sebagai bahan dakwah on air para Ustadz di radio tersebut.

Saya aslinya orang Sumedang. Orangtua saya pun tinggal di Sumedang. Dari Bogor ke Sumedang bukan jarak yang dekat, dan ongkosnya pun cukup besar. Karenanya, saat itu saya jarang silatirahim kepada orangtua. Paling hanya tiga kai dalam satu tahun.

Suatu hari, saya datang lebih pagi ke kantor tempat saya bekerja. Saat itu jam menunjukkan tepat jam enam pagi, belum masuk jam kerja. Setelah komputer siap digunakan, chrome sedikit error dan terbuka sendiri, maka saya gunakan unuk menonton youtube. Tak disangka video singkat itu adalah setir pengendali alur hidup saya selama lima tahun terakhir ini.

Video yang pertama kali muncul adalah video pendek Ust. Syafiq Riza Basalamah Hafizhohulloh tentang birrul walidayn (berbakti kepada orangtua). Beliau berkata: "Biasanya nih seorang anak jadi durhaka itu alasannya cuma dua, (1) syugul (sibuk) gak punya waktu, (2) gak punya duit. Dan Alloh janji akan mengganti keduanya bagi orang yang silaturahmi. Allah akan berkahi umurnya, dan Alloh akan tambah rezekinya.

Kemudian beliau menyampaikan hadits ini:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي يَعْقُوبَ الْكِرْمَانِيُّ، حَدَّثَنَا حَسَّانُ، حَدَّثَنَا يُونُسُ، قَالَ مُحَمَّدٌ هُوَ الزُّهْرِيُّ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: ”مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ“

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abi Ya’quub Al-Kirmaani: Telah menceritakan kepada kami Hassaan: Telah menceritakan kepada kami Yuunus: Telah berkata Muhammad, ia adalah Az-Zuhri, dari Anas bin Maalik rodhiyallohu ‘anhu, ia berkata: Aku mendengar Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang suka diluaskan rezekinya dan dipanjangkan (diberkahkan) umurnya, hendaklah ia menyambung silaturahim” [Shahiih Al-Bukhori No. 2067].

Beliau melanjutkan, "Dan orang yang paling wajib mendapat silaturahim dari kita adalah orangtua kita. Maka perbanyaklah silaturahim kepada orangtua! Sekalipun kita harus keluar dari DUNIA kita."

Saat itu saya tersentak dan terus berpikir, "Apakah saya sudah melakukan yang terbaik di sisi Alloh? Apakah saya bisa melakukan hal yang lebih baik lagi di sisi Alloh dengan berusaha berbakti lebih maksimal kepada orangtua?"

Ini merupakan dua pilihan yang cukup sulit. Karena by the way di Bogor pun saya beribadah, menyiarkan Islam kepada hamba-hamba Alloh. Selain itu, saya bekerja di radio dakwah ini pun sebagai syukur (rasa terimakasih) kepada lembaga induk yang memberikan beasiswa full selama 4 tahun di Bogor.

Begitu pula orangtua yang lebih sakral daripada apapun di dunia ini. Sangat utama untuk diberikan bakti terbaik. Saya sudah 4 tahun tidak berada di kampung halaman bersama orangtua, apakah tidak berlebihan jika saya menunda pulang dan tetap berdakwah di Bogor demi sebuah istilah "pengabdian"? Sedangkan tak ada jaminan apakah saya bisa berlama-lama bersama orangtua setelah masa pengabdian nanti.

Dahulu ayah saya wafat ketika saya belum banyak diberikan hidayah oleh Alloh untuk berbakti, maka ketika saya diberikan hidayah dan pelajaran, saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan dari Alloh untuk berbakti kepada Ibu saya. Maka saya meminta pendapat Ar-Rahman agar menuntun saya ke jalan yang lebih diridhoinya.

Qodarulloh tak lama setelah itu Ibu saya mengalami sakit yang cukup berat, penyakit diabetes yang hampir menuju stroke. Pikir saya, mungkin ini adalah jawaban dari Alloh agar saya tergerak untuk memilih pulang dan berbakti kepada orangtua. Dengan "bismillah", saya mulai episode berikutnya.

Sebelum pulang ke rumah, saya berpikir rasional terlebih dahulu supaya di Sumedang ada pekerjaan. Dan bagaimana bisa berbakti jika pekerjaan pun tak punya. Maka beberapa hari sebelum pulang, saya mengikuti tes seleksi guru di Kuttab Al-Fatih Bandung, dan alhamdulillah lulus. Al-Ustadz Dika Hafizhohulloh, kepala sekolahnya sangat baik sekali. Rencananya, saya mulai mengajar di tahun pelajaran baru 2017.

Saya pun pulang ke rumah orangtua saya di Tanjungsari-Sumedang. Tanjungsari itu unik! Karena berada di perbatasan antara Bandung dan Sumedang, maka Tanjungsari lebih terpengaruh oleh gaya meteopolitan Parijs Van Java. Bahkan secara lalu lintas, Tanjungsari dan Jatinangor masuk ke dalam wilayah Bandung Raya, namun secara geografis masuk ke dalam kabupaten Sumedang, bukan Bandung. Oleh karena itu ITB, UNPAD, IKOPIN dan IPDN sering diklaim berada di Bandung, padahal secara geografis sebenarnya berada di Sumedang.

Setibanya di rumah, saya merasakan sebuah ketentraman. Bertemu dan berbincang dengan Ibunda, walaupun saat itu sedang sakit.

Beberapa hari kemudian, seorang Ustadzah datang bertamu ke rumah. Beliau memberikan informasi pekerjaan untuk menjaga toko herbal. Awalnya saya acuh dengan info tersebut, karena sudah diterima di Kuttab Bandung. Namun entah mengapa kata "herbal" yang Ustadzah ucapkan sedikit mengganggu niatku di Kuttab. Siapa tahu dengan wasilah herbal ini, Allah menyembuhkan Ibu saya. Sambil menyelam minum air, sambil nunggu on time di Kuttab lebih baik bekerja di herbal agar menghasilkan.

Maka saya tertarik untuk mencoba melamar. Maka diarahkanlah saya ke rumah penjual herbal itu. Awalnya saya merencanakan beberapa bulan saja sampai tahun ajaran baru, namun dengan hikmah Alloh sebuah kejadian pun terjadi. Seakan saya terjatuh kepada keberkahan sebagai Thullab Risalah Nur yanh dijanjikan oleh Syaikh Badiuzzaman Said Nursi, juga keberkahan usia dan harta sebagaimana yang disampaikan oleh Ustadz Syafiq.

Ada kecocokan yang luar biasa antara saya dan orang yang akan memberikan pekerjaan. Namanya adalah Al-Ustadz Nur Kosim, B.Sc. Hafizhohulloh, direktur PT. Ganesha Herbal Indonesia. Saya tidak pernah menemukan orang kaya seqonaah beliau. Beliau sangat qona'ah karena terlahir dari keluarga yang sederhana. Tentang pengajaran beliau, in syaa Alloh akan saya rangkum di buku saya yang berjudul "Risalah Tadabbur Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah Abad 21".

Kecocokan saya dan Al-Ustadz antara lain, sama-sama berakidah ahlussunnah wal jamaah, sama sama sadar akan pentingnya dakwah dan sama sama suka membaca. Sampai akhirnya saya tidak jadi dipekerjakan sebagai shopkeeper toko herbal beliau. Tapi saya dijadikan anak angkat beliau, disuruh menempati rumah beliau yang berukuran sangat luas, diberikan kebebasan mengambil obat herbal dan madu untuk ikhtiar penyembuhan orangtua, dan dilatih untuk berdakwah secara nyata. Sampai akhirnya saya banyak belajar dari beliau. Semoga Alloh senantiasa menjaga beliau. Aamiin.

Sampai sini tunailah janji Alloh dan Rosulnya di dalam hadits tadi. Saya diberikan harta yang lebih luas, dan umur saya pun in syaa Alloh diberkahi. Maksud diberkahi adalah Alloh jadikan umur kita untuk lebih banyak beribadah kepada Alloh, dan bakti kepada orangtua adalah salah satu ibadah terbaik.

Setelah itu Ibu saya pun berikhtiar mengobati penyakitnya dengan herbal, seperti sambiloto, antanan dan kunyit putih yang tersarikan di dalam Tritan, merek paling bertahan buatan Al-Ustadz. Beberapa bulan kemudian alhamdulillah Ibu saya sembuh total, bisa berjalan kembali.

Semuanya murni atas karunia dan rahmat-Nya yang ingin memberikan kesempatan untuk saya untuk memanfaatkan sebaik mungkin momen kebersamaan bersama Ibu saya, agar lebih berbakti.

Ikhwati fillah! Ada banyak dalil dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits yang menanti pembuktian kita, agar menjadikan iman lebih subur di dalam hati kita. Terkadang kita harus mengorbankan bahkan membunuh akal serta perasaan kita yang terbatas untuk tunduk kepada firman dan sabda Rosul-Nya. Jangan pernah gentar! Buktikanlah! Sungguh, Alloh adalah Shodiqul Wa'd Yang Maha Menepati Janji. 

Ar-Rahman paling suka dengan hamba-Nya yang bertawakkal hanya kepada-Nya. Dia ingin berkomunikasi langsung dengan kejadian nyata di dalam hidupmu, bukan hanya tekstual di dalam buku-buku tentang-Nya yang engkau baca. Dia ingin menjadi satu-satunya yang engkau mintai pendapat untuk memecahkan seluruh masalahmu. Dia ingin menyentuh hatimu di saat engkau mulai membaca kasih sayang-Nya, dan berusaha menikmati ketetapan-Nya.

You Might Also Like

0 komentar: