Antara Aku Dan Badiuzzaman: Berawal Dari Skripsi Berujung Ke Dunia Nyata

17.22.00 Pustaka Abu Hizqiyal 0 Comments


Risalah Nur adalah magnum opusnya Syaikh Badiuzzaman Said Nursi Rohimahulloh. Seorang mujahid ulung, juga ulama kosmopolitan/ ensiklopedia/ allaamah berkebangsaan Turki, dari desa Nurs, Anatolia. Menguasai berbagai disiplin ilmu, baik ilmu agama ataupun sains. Itulah sebabnya ulama Turki di masanya menyematkan gelar "Badiuzzaman" yang berarti "Keajaiban di zaman ini".

Risalah Nur adalah terminologi untuk semua pemahaman, penjelasan dan pendapat Badiuzzaman yanh dibukukan olehnya dan oleh murid-muridnya. Risalah Nur terdiri dari beberapa kitab yang termanifestasi seiring zaman, seiring perjalanan dakwah Badiuzzaman dan murid-muridnya di Turki.

Dalam pembukaan kitab Sözler (Al-Kalimat), Badiuzzaman menyatakan bahwa ikatan perguruan Risalah Nur akan selalu bersinar dan bergema di keabadian. Dan beliau menganjurkan bagi siapa saja yang mempelajari Risalah Nur, untuk saling mendoakan agar Alloh memberikan pahala dan keberkahan hidup sebanyak huruf yang terdapat di dalam Risalah Nur.

Intinya, di balik cucuran darah dan keringat yang mewarnai perjalanan dakwah Badiuzzaman dan Risalah Nurnya, Beliau ingin ada satu ikatan kuat yang mudah-mudahan bisa menjadi hujjah (argumentasi) yang meringankan di hadapan Alloh. Badiuzzaman ingin dirinya dan pembelajar Risalah Nur menjadi satu jamaah hingga akhirat nanti, yang bisa saling memberi hujjah pembelaan.

Qodarulloh, aku pun menjadi salah satu pengkajinya. Awalnya alasan mengapa aku memilih beliau untuk skripsi metode kualitatifku karena memang sudah ada bukunya saja, tidak lebih. Seorang kawan memberiku tiga kitab beliau. Selain itu, dosenku merekomendasikan untuk mengangkat tentang pemikiran Badiuzzaman.

Singkat cerita, disetujuilah judul yang kuajukan. Aku pun mulai menggarap dan berusaha untuk lebih cepat menyelesaikan skripsiku. Karena dosenku pada waktu itu berkata, "Skripsi yang bagus itu adalah yang selesai. Sebagus apapun yang diteliti kalau tidak selesai, itu jelek skripsinya."

Ketika aku meneliti Risalah Nur, perlahan aku tenggelam dalam potret heroik Badiuzzaman di abad lalu. Beliau seorang pemikir besar, ada pula yang menyebutnya "Sufi besar abad 20".

Jangan disamakan dengan sufi di zaman sekarang. Sufi di zamannya sama sekali berbeda. Beliau seorang sufi yang gemar berjuang di jalan Alloh. Berbagai medan jihad pernah beliau juangi. Berbagai upaya dakwah dilakukan bersama murid-muridnya. Begitupun upaya diplomasi politis beliau jalani untuk membendung kejahatan Kemal Pasha. Beliau tak ubahnya seperti Syaikh Hasan Albana di Mesir dan HAMKA di Indonesia. Keduanya sering disebut sufi. Sekali lagi, sufi di abad lalu berbeda dengan sufi yang kita kenal saat ini.

Beliau berjuang di tengah badai wesepilis yang digelorakan oleh Kemal Pasha. Badiuzzaman sering sekali dibujuk untuk bergabung dengan pemerintah. Namun dengan tegas Badiuzzaman menolak dan berkata "Aku berlindung kepada Alloh dari godaan setan dan dari politik.", karena memang situasi politik di Turki saat itu sangat kotor sekali. Berbeda ketika tampuk kekuasaan beralih kepada presiden yang cukup adil, beliau justru ikut memperbaiki Turki dengan pastisasipasi politik, walaupun tidak berpolitik praktis. Aksi heroik Badiuzzaman dalam menentang Kemal Pasha ini membawa beliau pada pencekalan dan bahkan kurungan penjara.

Namun kurungan penjara tidak membuat beliau berhenti berjuang. Justru di balik jeruji besi inilah sebagian besar Risalah Nur ditulis. Ketika dipenjara, beliau tetap berdakwah kepada muridnya yang sama-sama dipenjara, juga tahanan lainnya. Beliau mencontoh sunnah Nabi Yusuf alaihissalam. Oleh karenanya, beliau membuat istilah "Majelis Yusufiyah".

Keteguhan juang yang beliau contohkan sangat perlu kita tiru. Beliau tidak mempan terhadap bujukan dunia yang dijanjikan Kemal Pasha. Lebih baik mati dalam juang daripada mencari aman sebagai penjilat pemerintah.

Demikian kehidupan beliau dan Risalah Nur menyinari Turki di masa kelam abad lalu. Beliaulah yang perlahan menuntun Turki ke arah yang lebih baik. Jangan hanya lihat Turki saat ini, resapilah perjuangan beliau dalam memurnikan tauhid di Turki di masa lalu.

Itulah Badiuzzaman Said Nursi Rohimahulloh. Orang yang seharusnya didaulat sebagai Bapak Turki Islami Abad 21.

You Might Also Like

0 komentar: