Menggenggam Erat Surat Al-Fatihah
Ikhwatul Ahibba! Surat Al-Fatihah merupakan Ummul
Kitab atau induk semang dari Al-Qur'an, yang menjabarkan isi Al-Qur'an secara
keseluruhan. Selain itu, Al-Fatihah juga merupakan salah satu rukun di dalam
melaksanakan amal ubudiyah yang utama, yakni shalat.
Dari sini kita dapat mengetahui betapa spesialnya
surat ini di sisi Alloh. Dan semakin kita menggali ilmu dan hikmah di surat
lain, keistimewaan Al-Fatihah akan semakin terasa. Maka sangat wajar apabila
Al-Fatihah disebut sebagai surat istimewa yang tidak diturunkan di kitab-kitab
sebelumnya. Wajar pula apabila surat ini dijadikan rukun wajib dalam shalat
bahkan inti dari shalat itu sendiri.
Karena itulah seorang Muslim wajib menggenggam
Al-Fatihah sekuat-kuatnya dan memahami Al-Fatihah sepaham-pahamnya. Setelah
itu, maka dengan sendirinya pemahaman kita akan berkembang menuju kepada
ketakwaan, in syaa Alloh.
Misalnya untuk memahami kata "Al-hamdu"
yang merupakan alif lam istighraqiyah (menetapkan bahwa pujian hanya berhak
diberikan kepada Alloh saja tanpa ada celah untuk yang lain) dihubungkan dengan
"Robbul Aalamiin" (Pencipta, pengurus, pemberi rezeki, pemerhati
seluruh makhluk-Nya di seluruh alam, yang meliputi alam manusia, hewan-hewan,
malaikat, jin, dan makhluk lainnya yang tidak kita ketahui. Semuanya tak luput
dari perhatian dan kasih sayang Alloh).
Untuk memahami kata Robb, kita tidak boleh hanya
mengandalkan translet ke dalam sebuah bahasa lain yang sangat berkaitan erat
dengan istilah dari agama yang ada sebelum
Islam. Misalnya, kata Robb sering diterjemahkan dengan kata Tuhan. Ini sangat
tidak mewakili sama sekali, dan sangat mengkerdilkan kekuasaan Alloh.
Kata tuhan berasal dari bahasa sanskerta, yaitu
Tu (Kepala) dan Hyang (Dewa). Kepala Dewa? Dewa dalam agama Hindu bukan hanya
satu, akan tetapi dewa dalam agama tersebut banyak dan masing-masing memiliki
peran dan daerah kekuasaan bahkan tandingan. Layakkah hal seperti itu disamakan
dengan Alloh Robbul Aalamiin? Subhaanallohi ‘ammaa yashifuun. Alloh banyak menyindir
tentang hal ini dalam Al-Qur'an, misalnya di dalam surat Az-Zumar ayat 67:
وَمَا قَدَرُواْ ٱللَّهَ حَقَّ
قَدۡرِهِۦ وَٱلۡأَرۡضُ جَمِيعٗا قَبۡضَتُهُۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ وَٱلسَّمَٰوَٰتُ
مَطۡوِيَّٰتُۢ بِيَمِينِهِۦۚ سُبۡحَٰنَهُۥ وَتَعَٰلَىٰ عَمَّا يُشۡرِكُونَ ٦٧
“Dan
mereka tidak mengagungkan Alloh dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi
seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan
tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka
persekutukan.”
Tidakkah kita menyadari bahwa pengkerdilan bahasa
dapat membuat persepsi kita menjadi kerdil pula? Maka kita wajib memahami
tafsiran Al-Fatihah perkata.
Jika kita ingin mendapatkan tafsiran yang lebih
cocok tentang kata "Robb" maka Alloh telah memberikan permisalan di
dalam kitab-Nya yang mulia. Yakni dalam surat Al Isra ayat 24:
وَٱخۡفِضۡ لَهُمَا جَنَاحَ ٱلذُّلِّ مِنَ
ٱلرَّحۡمَةِ وَقُل رَّبِّ ٱرۡحَمۡهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرٗا ٢٤
“Dan rendahkanlah dirimu
terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai
Robbku, kasihilah keduanya, sebagaimana mereka berdua telah me-robb-kan aku waktu kecil".
Dalam ayat ini, Alloh memberikan permisalan
tentang makna Robb agar akal manusia yang terbatas dapat memahaminya. Kalaulah ada
di antara makhluk-Nya yang memiliki beberapa peran seperti Robbul ‘Aalamiin,
maka peran kedua orangtua adalah permisalan kecil yang dipilih-Nya.
Mari kita rasakan sejenak bagaimana kasih sayang
kedua orangtua kita di masa lalu ketika kita masih belia! Jika kita tidak bisa
merasa-rasakannya, maka lihatlah sepasang suami istri, ketika sang istri sedang
dalam masa kehamilan. Mereka berdua benar-benar mempersiapkannya.
Sang suami semakin semangat banting tulang mencari
nafkah untuk membiayai seluruh kebutuhan istri selama proses kehamilan hingga
kelahiran. Begitu juga sang istri yang mempersiapkan segala hal untuk proses
persalinan. Dari mulai memilah dan memaksakan untuk memakan makanan bergizi,
sekalipun awalnya tidak suka.
Perlengkapan bayi pun sudah dipersiapkannya,
kemudian untuk asupan rohani, sang istri menghabiskan malamnya dengan
memperbanyak tilawah Al-Qur’an.
Demikianlah keseharian mereka selama sembilan
bulan selama masa kehamilan. Beban yang dibawanya semakin besar dan berat
memenuhi rahimnya. Al-Qur’an mengistilahkannya dengan kata “wahnan ‘alaa wahnin”, kepayahan di atas kepayahan.
Jiwa kasih sayang yang Alloh anugerahkan kepada
orangtua kita, benar-benar mengantarkan pada rasa sayang yang begitu dalam
kepada kita.
Kemudian setelah kita lahir ke dunia ini, cinta
keduanya semakin bertambah. Mungkin kita yang saat itu masih bayi tidak ingat
sedikitpun tentang lembutnya kasih sayang mereka. Untuk melihat kelembutannya,
lihatlah bagaimana perlakuan seorang ibu kepada anaknya.
Di sisi lain, Alloh pun menyempurnakan penciptaan
makhluk-Nya dengan proses yang penuh kelembutan. Alloh menyentuh sang bayi
dengan cinta-Nya. Setelah beberapa bulan si bayi dilatih menghisap jempolnya,
ketika lahir ke dunia, mulut bayi yang masih lemah itu Dia tempatkan di
payudara Ibunya.
Lihatlah betapa indah kekuasaan-Nya! Alloh terus
mengawal dan menyempurnakan ciptaan-Nya menuju keadaan yang lebih sempurna,
sehingga siap menjalani takdirnya sebagai hamba Alloh yang Maha Penyayang.
Beranjak ke usia dewasa, sebenarnya rasa sayang
orangtua kita masih seperti dahulu. Konon, berapapun usia kita, orangtua kita
selalu menganggap kita sebagai anak kecil yang dulu ditimang dan digendongnya.
Memang di usia dewasa ini intensitas komunikasi
ataupun asuhan dari orangtua kita tidak seperti ketika kita kecil, namun hal
itu biasanya bukan karena orangtua yang mengurangi, tapi justru karena kita
yang sering merasa sibuk sendiri.
Kesimpulannya, di dunia ini tidak ada yang lebih
mewakili peran yang semisal dengan Robbul ‘Aalamiin kepada makhluk-Nya melebihi
kasih sayang dan pengorbanan orangtua kepada anaknya.
Setelah kita melihat besarnya kasih sayang
orangtua kita, ketahuilah bahwa kasih sayang Alloh jauh lebih besar daripada
peran keduanya sekaligus. Peran Robb yang Alloh sandang benar-benar merata
merahmati seluruh ciptaannya. Bahkan Alloh lah yang menciptakan proses indah
tersebut. Maha besar Alloh!
Dia menciptakan seluruh makhluk-Nya yang tak
terhingga jumlahnya, sekaligus mengawal proses kejadiannya, menyempurnakan
ciptaan-nya, menjaganya dan menjamin rezekinya. Hal ini sebagaimana firman-Nya
di dalam surat Al-A’la ayat 1 dan 2:
سَبِّحِ ٱسۡمَ رَبِّكَ ٱلۡأَعۡلَى ١ ٱلَّذِي خَلَقَ فَسَوَّىٰ ٢
“Sucikanlah
nama Robbmu Yang Maha Tingi. Yang menciptakan, dan menyempurnakan
(penciptaan-Nya),”
Kemudian di dalam surat Hud ayat 6:
وَمَا مِن دَآبَّةٖ
فِي ٱلۡأَرۡضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزۡقُهَا وَيَعۡلَمُ مُسۡتَقَرَّهَا
وَمُسۡتَوۡدَعَهَاۚ كُلّٞ فِي كِتَٰبٖ مُّبِينٖ
٦
“Dan
tidak ada satu pun dari makhluk-Nya yang melata di bumi melainkan Alloh-lah
yang menjamin rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam makhluk-makhluk itu
dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh
mahfuzh).”
Kesempurnaan proses penciptaan dan penyempurnaan
tersebut bukan hanya ada pada manusia saja, akan tetapi begitu pula dengan makhluk
lainnya, semuanya tak lepas dari kasih sayang-Nya. Semuanya benar-benar dalam
perhatian dan penjagaan-Nya.
Setelah diciptakan, Alloh tidak membiarkan
makhluk-Nya begitu saja. Dia selalu menjaga dan memperhatikan makhluk-Nya. Ya!
Setiap hari, Alloh sibuk memperhatikan anda, wahai pembaca! Juga sibuk
memperhatikan anak, orangtua, teman, guru, murid, dan semua orang.
Dia pun sibuk mencurahkan cinta-Nya kepada
segenap ciptaan-Nya. Namun Alloh adalah Al-Waahid
Al-Qahhaar (Yang Maha Tunggal dan Maha Perkasa) yang tak pernah merasa
lelah dan tidak butuh istirahat. Bahkan pada setiap malam yang selalu kita
lalui, Dia sangat menanti berbagai pengaduan kita disepertiga malam. Dia ingin
kita hanya mengeluh dan meminta pertolongan kepada-Nya. Hanya kepada-Nya!
Maka sangat pantas sekali kita memberikan seluruh
pujian hanya kepada-Nya. Karena memang tak ada satupun yang mampu menjadi
tempat bergantung kecuali hanya Alloh. Raja perkasa tiada tara, yang Maha kuasa
tanpa cela.
Ikhwatul
ahibba! Itulah sepercik
hikmah pemahaman tentang Alhamdulillahi
robbil 'aalamiin. Betapa luas kasih sayang-Nya apabila kita mencoba
meresapinya. Itulah yang dimaksud dengan tafsir perkata. Tujuannya adalah untuk
mengupgrade skala pemahaman kita tentang Ummul
Kitab, yaitu surat Al-Fatihah.
Jika seluruh ahlul
kiblah (kaum Muslimin) mendalami surat Al-Fatihah ini, maka in syaa Alloh kita akan lebih diberikan
kekhusyuan ketika sholat, dan kita akan berusaha melewati setiap ayat di dalam
surat Al-Fatihah dengan pemahaman yang mendalam, serta akan menyesal apabila
kita melalui bacaan Al-Fatihah tanpa memahaminya.


0 komentar: