Romansa Robbani: Huwa A'lamu Bikum

16.35.00 Pustaka Abu Hizqiyal 0 Comments



Oleh: Khalid

Judul di atas adalah sepenggal firman romantis di surat An-Najm, yang artinya Allah lebih tahu tentang diri kalian daripada kalian sendiri. Awalnya ayat ini hanya terlihat seperti isapan jempol, namun sekarang kacamata imanku bisa melihatnya. Dia benar-benar Maha Mengetahui.

Kemarilah! Biar kutunjukkan tentang kebesaran-Nya. Dia benar-benar Rabb dari segala sesuatu. Keadilan-Nya adalah bahwa Dia selalu memperhatikan seluruh hamba-Nya tanpa pandang bulu. Dia Maha Adil!

Satu-satunya yang tak pernah berhenti memperhatikanmu sepanjang waktu adalah Ar-Rahman. Dan Dia selalu menunggu panjatan do'amu setiap waktu. Dia telah berjanji untuk mengabulkan apapun yang kau inginkan.

Aku ingin sedikit berkisah tentang betapa terbatasnya indera manusia dan betapa sempurna pengetahuan dan rahmat-Nya. Skenario-Nya benar-benar terbaik dan penuh hikmah. Lebih baik daripada apa yang kita anggap terbaik.

Let me tell you about my story. It was the most romantic story in my life. Kisah ini berawal ketika Ar-Rahman 'menggagalkan' seleksi bidikmisiku di dua kampus besar.

Karena realitas ekonomi tidak seideal mimpi, maka aku berpikir, "Yang penting bisa kuliah, apapun jurusannya, dimanapun kuliahnya." Sampai Ar-Rahman 'menjebloskanku' ke sebuah kampus bersyari'ah di Bogor. Aku bisa kuliah karena lulus tes seleksi beasiswa full 4 tahun plus diasramakan, dengan izin-Nya.

Kala itu akalku belum mampu menjangkau akan luasnya ilmu dan kasih sayangnya. Aku sempat aneh sendiri dan mengira bahwa aku sedang berjalan di tempat yang salah. "Kok bisa ya, aku masuk fakultas tarbiyah? Padahal maunya ambil fakultas sejarah di UNPAD atau di UPI".

Tahun demi tahun berjalan, proses panjang pun kulalui dengan spektrum asa yang warna-warni. Hingga akhirnya aku lulus sidang munaqasyah skripsiku yang berjudul 'Konsep Pendidikan Islam Perspektif Said Nursi' dengan predikat cumlaude. Yeeeay! Alhamdulillah, wa laa quwwata illaa billah.

Aku sangat bersyukur. Di balik bala ujian yang silih berganti, ternyata Allah ingin memperbaiki hidupku. Kasih sayang-Nya sangat luar biasa. Akan tetapi, waktu itu aku masih belum bisa membaca rencana-Nya dengan baik.

Aku baru sadar tentang kebesaran-Nya ketika Dia mempertemukanku dengan seorang pakar STIFIn di Sumedang, A Angga namanya. Awalnya pengecekan karakter dengan sidik jari itu hanya iseng saja, free pula.

Setelah tes sidik jari muncullah satu karakter mesin kecerdasan, yaitu insting. Lalu A Angga menjelaskan semua tentang karakter insting dalam STIFIn. Dari mulai sistem kinerja otak yang paling dominan, kelebihan-kekurangan insting, bakat terbesar, metode belajar, hingga jurusan paling recommended, dan lainnya.

"Karakter akang Insting, metode menghafal akang dengan murattal, bakat akang di seni, jurusan paling recomended cuma dua, yaitu keagamaan dan seni."

Saat itu aku begitu tercengang! Aku berbisik dalam hati, "Demikianlah Ar-Rahman mengajariku dan membimbingku!", Selama ini, ternyata aku yang bodoh bersyukur ini sedang dibimbing oleh Ar-Rahman tanpa aku sadari. Kehendak-Nya menggiringku ke arah terbaik di sisi-Nya. Innahu kaana bii hafiyyaa (Dia sangat baik kepadaku).

Aku telah diajari-Nya metode menghafal terbaik sesuai karakterku, yaitu metode simak murottal dan melantunkannya sesuai irama. Aku telah dituntun ke jurusan terbaik berdasarkan jurusan paling recommended, yaitu tarbiyah (Pendidikan Agama Islam). Dia menunjukkan jalanku, tanpa memutus apa yang aku sukai di masa lalu, yaitu musik. Namun justru Dia ingin meringankan hisabku, dengan mengerahkan suaraku ke arah yang lebih baik di sisinya, yaitu Al-Qur'an.

Lalu sesuai janji-Nya, Diapun tetap menjadikanku seorang vokalis. Namun, tempatnya saja yang beralih. Semula di studio dan panggung hiburan, kini menjadi vokalis di Masjid untuk mengingatkan manusia kepada-Nya, Rabbul 'Aalamiin.

Allahku benar-benar lebih tahu tentangku. Sebagaimana firman-Nya: "Dia lebih tahu tentang diri kalian daripada kalian sendiri, bahkan sejak lama sekali ketika kalian masih menjadi tanah, dan sejak kalian berada di perut-perut Ibu kalian. Maka janganlah salah seorang di antara kalian merasa lebih baik dari sebagian lainnya, karena Dia lah yang lebih tahu tentang siapa di antara kalian yang lebih bertakwa." Ya! Allah telah tahu tentang seluruh makhluk-Nya, bahkan sebelum makhluk itu diciptakan. Ilmu-Nya azali, membentang di seluruh dimensi zaman.

Kemaharomantisan Ar-Rahman terpancar sangat terang melalui ayat ini. Dialah sang pentakdir terbaik. Ni'mal Qoodiruun. Maka ridholah terhadap seluruh takdir-Nya, karena Dia telah menetapkan sifat kasih sayang dalam diri-Nya. Dan Dia pun telah berjanji tidak akan menzhalimi seorangpun dari makhluk-Nya. Kataba 'ala nafsihi rohmah, wa laa yazhlimu Robbuka ahadaa.

Dengan memperhatikan ciptaan-Nya, kita akan semakin memahami tentang kebesaran-Nya. Betapa banyak rangsangan di dalam Al-Qur'an agar kita banyak memperhatikan ciptaan-Nya. Langit yang ditinggikan, gunung yang ditancapkan, bumi yang dihamparkan, bahkan dalam diri kita sendiri. "Wa fii anfusikum, afalaa tubshirun?" yang artinya, "Dan dalam diri kalian sendiri, sudahkah kalian memperhatikannya?", bashoro berbeda dengan nazhoro. Bashoro artinya melihat dengan hati, sedangkan nazhoro adalah melihat dengan kasat mata. Maknanya, kenalilah diri kita sendiri secara mendalam!

Ayat-ayat yang senada dengan ayat di atas adalah rangsangan Allah kepada umat manusia agar lebih memikirkan ciptaan-Nya. Karena dengan jalan itulah kita akan mengenal diri-Nya, memahami bahwa Dia adalah Maha segalanya.

Di akhir-akhir surat Alu Imron, secara tersirat Allah menyebutkan tentang sifat orang-orang berakal, yang disifati-Nya sebagai orang-orang yang senantiasa memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi, baik dalam keadaan berdiri, duduk atau dalam keadaan tertidur, mereka selalu memikirkan tentang ciptaan-ciptaan Allah. Lalu apakah kesimpulan dari hasil pemikiran tersebut? Kesimpulannya adalah "Robbanaa maa kholaqta haadzaa baatilan, subhaanaka faqinaa 'adzaabannaar".

Kesimpulannya kita akan spontan memuji Allah seyakin-yakinnya dengan penuh kesadaran iman. "Wahai Robb kami, sungguh tak ada satupun dari ciptaan-Mu yang sia-sia. Maha Suci Engkau, maka jagalah kami dari api neraka."

Dalam ayat ini ada isyarat spontanitas, bahwa apapun yang akan kita teliti, apabila kita menelitinya dengan objektif, maka pasti akan bermuara kepada keagungan Allah dalam penciptaan-Nya, apapun yang sedang kita teliti. Buktikanlah!

Berjalanlah menuju sebuah pembuktian keagungan Allah dengan penelaahan yang kita lakukan! Islam adalah agama yang menantang. Dan Islam adalah agama yang akan selalu bersinar terang. Simaklah pernyataan Ar-Rahman di bawah ini.

"Akan kami perlihatkan tanda-tanda kekuasaan kami di seluruh ufuk (seluruh alam semesta dan makhluk-Nya) dan bahkan dalam diri mereka sendiri, sampai jelas bagi mereka bahwa Al-Qur'an ini adalah sebuah kebenaran." (Q.S. Fushilat)

Ayat ini bernada sangat menantang! Allah ingin memberikan bukti-bukti yang nyata kepada kita semua. Bukalah mata kita! Buktikanlah secara ilmiah dan saintifik sepuasnya! In syaa Allah pasti kita akan sampai kepada kesadaran iman.

Namun, sayang seribu sayang, masih banyak kaum Muslimin yang menganggap bahwa ilmu agama dan ilmu sains adalah dua hal yang berbeda dan kadang bertentangan. Padahal Islam telah menantang kita untuk membuktikan dua-duanya secara bersamaan.

Syaikh Said Nursi Rohimahulloh, seorang ulama mausu'ah (kosmopolitan/ensiklopedia) dari Turki pernah berkata: "Ilmu agama adalah cahaya bagi hati, sedangkan ilmu sains adalah cahaya bagi akal. Di zaman ini, dengan memahami keduanya, seorang Muslim dapat menggapai keimanan yang mantap. Jika hanya mempelajari ilmu agama tanpa didasari dengan ilmu sains, dikhawatirkan ia akan fanatik buta. Sebaliknya, jika hanya menguasai ilmu sains tanpa didasari ilmu agama, maka dipastikan ia akan skeptis dan tersesat.

Itulah pentingnya menjadi seorang ulul albab (seorang yang mengkombinasikan tadzakkur dan tafakkur, ilmu agama dan sains untuk menguatkan agama). Allah akan mengantarkan kita kepada muara iman yang hakiki. In syaa Allah.

Wallahu a'lam.

You Might Also Like

0 komentar: