Ummu Sa’ad Al-Mishry Rohimahalloh, Penjaga 20 Wahyu Ilahi Abad 20

20.54.00 Pustaka Abu Hizqiyal 0 Comments


Ummu Sa’ad Rohimahalloh dilahirkan pada tanggal 11 Juli 1925 di Desa Bandariyah, sebuah desa yang terletak di utara Kota Kairo, Mesir. Ia kehilangan penglihatannya di usia muda. Kebiasaan masyarakat di Desa ini, apabila ada seorang anak yang buta, maka mereka mengkhidmatkan sang anak secara total untuk Al-Qur’an. Demikian juga dengan Ibunda Ummu Sa’ad, ia menitipkan Ummu Sa’ad kecil di sebuah markas tahfizh, hingga akhirnya Ummu Sa’ad Rohimahalloh telah menghafal 30 juz Al-Qur’an pada usia 15 tahun dalam keadaan buta.

Setelah menghafalkan Al-Qur’an riwayat Hafsh ‘an ‘Aashim, Ummu Sa’ad Rohimahalloh semakin giat menambah khazanah pengetahuannya tentang Al-Qur’an. Dengan semangat khidmatnya yang tinggi, lantas ia mendalami Qiro’ah ‘Asyroh atau sepuluh Qiro’ah Al-Qur’an dengan menimba ilmu dari Syaikhoh Nafisah Rohimahalloh, seorang penghafal 10 Qiro’ah yang berada di daerahnya. Hingga dengan karunia Alloh, di usia 23 tahun Ummu Sa’ad dapat menyelesaikan hafalan Qiro’ah ‘Asyroh, yang berarti ia menghafal 20 ragam riwayat pembacaan Al-Qur’an, karena masing-masing Qori dalam Qiro’ah ‘Asyroh memiliki dua periwayat.

Ummu Sa’ad Rohimahalloh telah menghabiskan usianya hanya untuk berkhidmat menjaga Al-Qur’an dalam keadaan buta. Ia pun memiliki ratusan murid dengan berbagai profesi dari berbagai negara yang menimba ilmu dan mengambil sanad Qiro’ah ‘Asyroh darinya. Hingga Ummu Sa’ad Rohimahalloh wafat pada tanggal 16 Ramadhan 1427 Hijriyah, atau bertepatan dengan 9 Oktober 2006 Masehi. Dialah seorang penjaga wahyu Alloh di abad 20, ketika sebagian besar kaum Muslimin melalaikan kitabulloh ini.

Maa syaa Alloh. Matanya yang telah buta sejak muda tidak menghalanginya untuk menghafalkan 20 riwayat Al-Qur’an. Bagaimana dengan kita sebagai orang-orang yang diberi kenikmatan penglihatan?, Kebanyakan kita merasa sibuk dengan urusan dunia, sehingga satu riwayat saja yaitu riwayat Hafsh ‘an ‘Aashim begitu sulit untuk menghafalnya. Jangankan menghafal, bahkan terkadang membacanya saja kita enggan dan cepat bosan.

Demikianlah. Seringkali kita lebih mengutamakan materi duniawi yang akan kita tinggalkan sebentar lagi, padahal perbekalan amal menuju kehidupan akhirat jauh lebih utama untuk dipersiapkan. Seringkali kita lalai, padahal mungkin saja hari ini seorang penenun telah menenun kain kafan untuk kita.

Semoga kisah perjuangan Ummu Saad dalam menghafal, menjaga, dan mengajarkan Alquran mampu memberikan inspirasi kepada kita untuk menghafalkan Alquran, mempelajari hukum-hukumnya, mengamalkan dan mendakwahkannya. Dan semoga Alloh memberikan surga Firdaus sebagai balasan kebaikan bagi Ummu Sa’ad Rohimahalloh yang telah menjaga kitab-Nya.

Kemudian, murid-murid Ummu Sa’ad Rohimahalloh yang mempunyai beragam profesi dan kesibukkan, mengajarkan kepada kita, bahwa sesibuk apapun kita terhadap dunia yang fana ini, kita tetap dapat menghafalkan Al-Qur’an, “JIKA KITA NIAT”.

*Diracik dari berbagai sumber.

Salam, Abu Hizqiyal Khalid Al-Ghafiqhie

You Might Also Like

0 komentar: