Romantisme Khilafah Islamiyah: Surat Nasihat Untuk Amirul Mu’minin Umar bin Abdul ‘Aziz Rohimahumalloh

18.39.00 Pustaka Abu Hizqiyal 0 Comments


الْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ والسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى ألِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ أمّا بَعْدُ:
Di dalam kitab Kholifahu Rosyidin Umar bin Abdul Aziz, Dr. Ali Muhammad ash-Sholabi Hafizhohulloh mengkisahkan tentang surat nasihat, yang diberikan oleh Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri Rohimahulloh kepada Amirul Mu’minin Umar bin Abdul ‘Aziz Rohimahumalloh.

Dikisahkan bahwa Imam al-Hasan al-Bashri pernah mengirim surat nasihat kepada Umar bin Abdul Aziz, salah seorang khalifah yang sholeh dari Bani Umayyah. isi surat tersebut menjelaskan tentang hakikat dunia. Kurang lebih isinya seperti ini:

"Wahai Amirul Mukminin! Sesungguhnya dunia adalah rumah persinggahan dan perpindahan bukan rumah tinggal selamanya. Adam diturunkan ke dunia dari surga sebagai hukuman atasnya, maka berhati-hatilah. Sesungguhnya orang yang berhasrat kepada dunia akan meninggalkannya, orang yang kaya di dunia adalah orang yang miskin dibanding akhirat, penduduk dunia yang berbahagia adalah orang yang tidak berlebih-lebihan di dalamnya. Jika orang yang berakal lagi cerdik mencermatinya, maka dia melihatnya menghinakan orang yang memuliakannya, mencerai-beraikan orang yang mengumpulkannya. Dunia layaknya racun, siapa yang tidak mengetahuinya akan memakannya, siapa yang tidak mengetahuinya akan berambisi kepadanya, padahal, demi Allah itulah letak kebinasaannya.

Wahai Amirul Mukminin! Jadilah seperti orang yang tengah mengobati lukanya, dia menahan pedih sesaat karena dia tidak ingin memikul penderitaan panjang. Bersabar di atas penderitaan dunia lebih ringan daripada memikul ujiannya. Orang yang cerdas adalah orang yang berhati-hati terhadap godaan dunia. Dunia seperti pengantin, mata-mata melihat kepadanya, hati terjerat dengannya, pada dia, demi Dzat yang mengutus Muhammad dengan kebenaran, adalah pembunuh bagi siapa yang menikahinya.

Wahai Amirul Mukminin! Berhati-hatilah terhadap perangkap kebinasaannya, waspadailah keburukannya. Kemakmurannya bersambung dengan kesengsaraan dan penderitaan, kelanggengan membawa kepada kebinasaan dan kefanaan. Ketahuilah wahai Amirul Mukminin, bahwa angan-angannya palsu, harapannya batil, kejernihannya keruh, kehidupannya penderitaan, orang yang meninggalkannya adalah orang yang dibimbing taufik, dan orang yang berpegang padanya adalah celaka lagi tenggelam. Orang yang cerdik lagi pandai adalah orang yang takut kepada apa yang dijadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menimbulkan rasa takut, mewaspadai apa yang Allah telah peringatkan, berlari meninggalkan rumah fana kepada rumah yang abadi, keyakinan ini akan sangat terasa ketika kematian menjelang.

Wahai Amirul Mukminin! Dunia adalah rumah hukuman, siapa yag tidak berakal mengumpulkan untuknya, siapa yang tidak berilmu tentangnya akan terkecoh, sementara orang yang tegas lagi berakal adalah orang yang hidup di dunia seperti orang yang mengobati sakitnya, dia menahan diri dari pahitnya obat karena dia berharap kesembuhan, dia takut kepada buruknya akibat di akhirat.

Wahai Amirul Mukminin! Demi Allah dunia hanya mimpi belaka, sedangkan akhirat adalah nyata, di antara keduanya adalah kematian. Para hamba berada di dalam mimpi yang melenakan, sesungguhnya aku berkata kepadamu wahai Amirul Mukminin apa yang dikatakan oleh seorang laki-laki bijak, ‘Jika engkau selamat, maka engkau akan selamat dari huru-hara besar itu. Jika tidak, maka aku tidak mengira engkau akan selamat’."

Ketika surat al-Hasan al-Bashri ini sampai ke tangan Umar bin Abdul Aziz, Umar bin Abdul Aziz menangis tersedu-sedu, sehingga orang-orang yang ada di sekitarnya merasa kasihan kepadanya. Umar mengatakan: “Semoga Allah merahmati al-Hasan al-Bashri, beliau terus membangunkan kami dari tidur dan mengingatkan kami dari kelalaian. Sungguh sangat mengagumkan, beliau adalah laki-laki yang penuh kasih terhadap kami, beliau begitu tulus kepada kami. Beliau adalah seorang pemberi nasihat yang sangat jujur dan sangat fasih bahasanya.”

Itulah salah satu warisan mulia yang saat ini sulit kita dapati pada hari ini, yaitu upaya rakyat menasehati dan mendo’akan penguasa. Kita dapati hari ini, kebanyakan rakyat tidak memberikan nasihat dan mendo’akan penguasa. Hal seperti ini hanya akan memperkeruh keadaan tanpa ada perbaikan sedikitpun. Wallohu a’lam.

Salam, Abu Hizqiyal Khalid Al-Ghafiqhie


You Might Also Like

0 komentar: