Romantisme Khilafah Islamiyah: Surat Nasihat Untuk Amirul Mu’minin Umar bin Abdul ‘Aziz Rohimahumalloh
الْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ والسَّلاَمُ
عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى ألِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ أمّا بَعْدُ:
Di dalam kitab Kholifahu
Rosyidin Umar bin Abdul Aziz, Dr. Ali Muhammad ash-Sholabi Hafizhohulloh mengkisahkan tentang
surat nasihat, yang diberikan oleh Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri Rohimahulloh kepada Amirul
Mu’minin Umar bin Abdul ‘Aziz Rohimahumalloh.
Dikisahkan bahwa
Imam al-Hasan al-Bashri pernah mengirim surat nasihat kepada Umar bin Abdul
Aziz, salah seorang khalifah yang sholeh dari Bani Umayyah. isi surat tersebut
menjelaskan tentang hakikat dunia. Kurang lebih isinya seperti ini:
"Wahai Amirul
Mukminin! Sesungguhnya dunia adalah rumah persinggahan dan perpindahan bukan
rumah tinggal selamanya. Adam diturunkan ke dunia dari surga sebagai hukuman
atasnya, maka berhati-hatilah. Sesungguhnya orang yang berhasrat kepada dunia
akan meninggalkannya, orang yang kaya di dunia adalah orang yang miskin
dibanding akhirat, penduduk dunia yang berbahagia adalah orang yang tidak
berlebih-lebihan di dalamnya. Jika orang yang berakal lagi cerdik mencermatinya,
maka dia melihatnya menghinakan orang yang memuliakannya, mencerai-beraikan
orang yang mengumpulkannya. Dunia layaknya racun, siapa yang tidak
mengetahuinya akan memakannya, siapa yang tidak mengetahuinya akan berambisi
kepadanya, padahal, demi Allah itulah letak kebinasaannya.
Wahai Amirul
Mukminin! Jadilah seperti orang yang tengah mengobati lukanya, dia menahan
pedih sesaat karena dia tidak ingin memikul penderitaan panjang. Bersabar di
atas penderitaan dunia lebih ringan daripada memikul ujiannya. Orang yang
cerdas adalah orang yang berhati-hati terhadap godaan dunia. Dunia seperti
pengantin, mata-mata melihat kepadanya, hati terjerat dengannya, pada dia, demi
Dzat yang mengutus Muhammad dengan kebenaran, adalah pembunuh bagi siapa yang
menikahinya.
Wahai Amirul
Mukminin! Berhati-hatilah terhadap perangkap kebinasaannya, waspadailah
keburukannya. Kemakmurannya bersambung dengan kesengsaraan dan penderitaan,
kelanggengan membawa kepada kebinasaan dan kefanaan. Ketahuilah wahai Amirul
Mukminin, bahwa angan-angannya palsu, harapannya batil, kejernihannya keruh,
kehidupannya penderitaan, orang yang meninggalkannya adalah orang yang
dibimbing taufik, dan orang yang berpegang padanya adalah celaka lagi tenggelam.
Orang yang cerdik lagi pandai adalah orang yang takut kepada apa yang dijadikan
Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menimbulkan rasa takut, mewaspadai apa yang
Allah telah peringatkan, berlari meninggalkan rumah fana kepada rumah yang
abadi, keyakinan ini akan sangat terasa ketika kematian menjelang.
Wahai Amirul
Mukminin! Dunia adalah rumah hukuman, siapa yag tidak berakal mengumpulkan
untuknya, siapa yang tidak berilmu tentangnya akan terkecoh, sementara orang
yang tegas lagi berakal adalah orang yang hidup di dunia seperti orang yang
mengobati sakitnya, dia menahan diri dari pahitnya obat karena dia berharap
kesembuhan, dia takut kepada buruknya akibat di akhirat.
Wahai Amirul
Mukminin! Demi Allah dunia hanya mimpi belaka, sedangkan akhirat adalah nyata,
di antara keduanya adalah kematian. Para hamba berada di dalam mimpi yang
melenakan, sesungguhnya aku berkata kepadamu wahai Amirul Mukminin apa yang
dikatakan oleh seorang laki-laki bijak, ‘Jika engkau selamat, maka engkau akan selamat
dari huru-hara besar itu. Jika tidak, maka aku tidak mengira engkau akan
selamat’."
Ketika surat
al-Hasan al-Bashri ini sampai ke tangan Umar bin Abdul Aziz, Umar bin Abdul
Aziz menangis tersedu-sedu, sehingga orang-orang yang ada di sekitarnya merasa
kasihan kepadanya. Umar mengatakan: “Semoga Allah merahmati al-Hasan al-Bashri,
beliau terus membangunkan kami dari tidur dan mengingatkan kami dari kelalaian.
Sungguh sangat mengagumkan, beliau adalah laki-laki yang penuh kasih terhadap kami,
beliau begitu tulus kepada kami. Beliau adalah seorang pemberi nasihat yang
sangat jujur dan sangat fasih bahasanya.”
Itulah salah satu
warisan mulia yang saat ini sulit kita dapati pada hari ini, yaitu upaya rakyat
menasehati dan mendo’akan penguasa. Kita dapati hari ini, kebanyakan rakyat tidak
memberikan nasihat dan mendo’akan penguasa. Hal seperti ini hanya akan
memperkeruh keadaan tanpa ada perbaikan sedikitpun. Wallohu a’lam.
Salam, Abu Hizqiyal Khalid Al-Ghafiqhie


0 komentar: