Stopppp Mental Kawanan
Salah
satu mesin penghancur masa depan adalah terlalu bermental kawanan, tidak mau
maju ke depan, selalu ingin diwakili orang lain, bertumpu pada orang lain, merasa
tidak mampu, selalu bersembunyi di balik sosok orang lain. Hal ini mengkhianati
salah satu mimpi besar Bung Karno pada tahun 1965.
Pada
1965 lalu, Bung Karno meneguhkan konsep “BERDIKARI” (berdiri di atas kaki
sendiri) di hadapan ribuan rakyat Indonesia. Konsep utamanya adalah agar
Indonesia menjadi bangsa yang mandiri, tidak banyak impor sana sini, bisa
menentukan nasibnya sendiri, 100% mengelola negaranya sendiri tanpa intervensi
dan infiltrasi dari asing dan aseng.
Ya,
walaupun saat itu Indonesia cukup terbully oleh negara-negara yang masih
menggemakan perang dingin. Pasalnya, sebagai negara yang baru diakui
kemerdekaannya pada akhir tahun 1948, Indonesia sudah berani mempelopori front
baru yang disebut gerakan Non Blok, ikut campur politik negara lain,
meminimalisasi impor dari luar negeri dan memaksimalkan swasembada pangan dari
dalam negeri, dan puncaknya keluar dari PBB pada tahun 1965. Itulah Bung Karno
dengan sikap Berdikarinya.
Berdikari
terkadang memang menuai resiko. Dalam beberapa waktu mungkin orang lain akan
memberikan dislike terhadap perubahan positif kita. Tapi, kita memang harus mendobrak
zona itu, Bung. Kita harus mempunyai tanggungjawab terhadap masa depan kita
sendiri.
Karena,
sedekat apapun dengan teman, tetap saja suatu saat nanti kita akan berpisah,
menjalani kehidupan masing-masing, menikah dengan orang yang berbeda, hidup di
tempat yang berbeda, itulah grand-reason mengapa kita harus memutus mental
kawanan.
Lebih
jauh lagi, di akhirat kelak kita harus bertanggungjawab atas amalan
masing-masing. Akan tiba detik-detik ketika kita menghadap Allah dalam keadaan
sendirian, mempertanggungjawabkan amalan kita selama di dunia.
Satuan
hisab itu per-detik. Siapkanlah mental berdikari dan tanggungjawab, serta sesal
di hadapan Allah kelak. Semoga Allah berkenan mengampuni semua dosa-dosa kita.


0 komentar: