Potret Kehidupan Kaum Muslimin di Tajikistan
Assalamu’alaikum
warohmatullohi wabarokatuh
Pembaca
yang dirahmati Alloh. Alhamdulillah, kita dapat berjumpa kembali pada
kesempatan ini, dalam rangka meningkatkan wawasan keislaman kita. Kali ini, kita
akan menyimak potret kehidupan saudara-saudara seiman kita yang berada di
Negara Tajikistan.
Pembaca
yang di rahmati Alloh. Tajikistan adalah sebuah negara pecahan Uni Soviet yang
terletak di Asia Tengah. Negara ini termasuk sebagai negara baru, yang lahir di
awal abad ke-20 masehi. Kondisi geografisnya merupakan dataran tinggi, yang
tidak berbatasan dengan laut. Sebagian besar penduduk Tajikistan termasuk ke
dalam etnis Tajik, yang menggunakan bahasa Persia, sebagai bahasa sehari-hari.
Tajikistan adalah satu-satunya anggota Commonwealth of Independent States,
yakni persemakmuran negara-negara merdeka, dari pecahan Uni Soviet,
yang memperbolehkan warganya memiliki kewarganegaraan ganda, yaitu sebagai
warga negara Tajikistan dan juga sebagai warga negara Rusia.
Berdasarkan
data statistik paling mutakhir, Agama Islam adalah agama terbesar di negara ini
. Persentasenya melebihi angka 90 persen dari keseluruhan populasi penduduk,
yang jumlahnya sekitar 8.586.000 jiwa. Dan sebagian besar kaum Muslimin
Tajikistan adalah Ahlussunnah wal Jama’ah. Saat ini terdapat sekitar 300
Masjid, dan puluhan lembaga pendidikan Islam di negeri ini. Meski Muslim
merupakan mayoritas, Namun Tajikistan bukanlah negara Islam. Tajikistan
merupakan negara sekuler, yang menjamin kebebasan beragama dalam konstitusinya.
Pembaca.
Sejarah mencatat, pasukan Muslim menaklukkan kawasan tersebut ,pada tahun 644
Masehi. Selanjutnya, proses penyebaran Islam di wilayah dataran tinggi ini,
harus melalui jalan yang terjal dan waktu yang lama. Selama beberapa abad,
Kekaisaran Samanid menguasai wilayah ini, menggantikan penguasa sebelumnya, yakni
kaum Muslim Arab. Di bawah Samanid, Kota Samarkand dan Bukhara ditata kembali
menjadi lebih besar dan megah. Dua kota ini menjelma menjadi pusat kebudayaan
bagi Muslim Ahlussunnah yang berbahasa Persia.
Pada abad
ke-19 Masehi, Tajikistan masuk dalam wilayah Kekaisaran Russia. Kemudian,
Tajikistan tergelincir ke dalam cengkraman negara komunis Uni Soviet, beberapa
waktu pasca pecahnya revolusi sosialis di tahun 1917 Masehi.
Periode
komunis Uni Soviet, merupakan masa-masa yang kelam bagi Tajikistan . Kebudayaan
dan peradabannya nyaris hancur. Begitu pula umat Islam hidup sengsara, akibat
penindasan rezim komunis. Kala itu, penguasa komunis menciptakan kaum elit baru
yang sekuler dan ateis, untuk memusuhi dan memberangus Islam dari negeri
pemilik pegunungan Ural ini.
Setelah
Tajikistan menjadi negara merdeka, terjadi pergulatan sengit untuk meraih
kekuasaan, yang akhirnya mengobarkan perang, antara pendukung pemerintahan
sekuler dan pendukung Serikat Tajik, yang terdiri dari kelompok nasional
demokrat dan kelompok Islam.
Namun,
kelompok terkuat dalam Oposisi Tajik adalah Islam, dipimpin oleh Partai
Kebangkitan Islam. Pengaruh partai Islam dalam konflik ini amat kuat, bahkan
umat Islam dikenal sebagai pejuang paling tangguh selama masa perang. Perang
sau dara terus berkobar hingga 1997 dan menewaskan se ba nyak 80-150 ribu
orang.
Setelah
Lima tahun berperang pihak-pihak yang terlibat konflik akhirnya duduk bersama
di meja perundingan di bawah mediasi Rusia. Hasil utama dari perjanjian itu
adalah pihak-pihak yang terlibat konflik sepakat membentuk Komite Rekonsiliasi
Nasional.
Berdasarkan
perjanjian damai itu, oposisi mendapatkan 30 persen posisi dalam struktur
pemerintahan dan 25 persen posisi di Komisi Pemilihan Pusat.
Buah dari
perjanjian damai itu, Komunitas Muslim dan partai-partai Islam mendapat
kebebasan yang luas untuk melaksanakan kegiatan mereka. Namun, beberapa tahun
kemudian, kebijakan pemerintah terhadap Islam mulai berubah drastis. Pada awal
tahun 2000-an, pemerintah melarang pemuda Muslim yang berumur di bawah 18 tahun
untuk mengunjungi masjid. Perempuan-perempuan juga dilarang mengenakan hijab di
beberapa area. Mahasiswa Muslim juga dilarang meneruskan pendidikan Islam di
negara-negara Arab. Pada saat yang sama, pemerintah juga melarang organisasi Islam
internasional beraktivitas di Tajikistan.
Bahkan,
rezim yang berkuasa secara terang-terangan melancarkan kampanye anti-Partai
Kebangkitan Islam dengan melabelinya sebagai kelompok ekstremis. Bahkan di
beberapa distrik, otoritas setempat menutup masjid yang dikendalikan Islam dan
mengubahnya menjadi klub serta tempat minum teh.
Bahkan, di
tahun-tahun sekarang, pemerintah sekuler Tajikistan sedang ketakutan, dengan
perkembangan Islam di negerinya. Fenomena itu jelas terlihat, dari segenap
aktivitas masyarakat di negara bekas pecahan Uni Soviet ini. Janggut tengah
menjadi tren. Jilbab begitu ramai dipakai oleh kaum Muslimah Tajikistan.
Lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an bebas diperdengarkan.
Kondisi itu
semakin jelas, ketika Tajikistan mengusung semangat sekularisme diawal
berdirinya. Sejalan dengan itu, sekulerisme yang ditawarkan tidak serta merta
menghilangkan kerinduan terhadap Islam. Wal hasil, berbondong-bondong warga
Tajikistan mengikuti saudara-saudara mereka di berbagai penjuru dunia untuk
kembali pada Islam.
Kalangan
kritikus menyamakan upaya yang dilakukan pemerintah Tajikistan meniru gaya Uni
Soviet saat mematikan penyebaran Islam. Mereka memperingatkan, larangan
terhadap pemuda untuk mendatangi masjid melalui undang-undang yang baru saja
diberlakukan sama saja dengan kebijakan bunuh diri lantaran efek yang
dihasilkan semakin memperkuat keinginan pemuda untuk meramaikan masjid.
Namun,
bukan hal mudah untuk memberangus Islam. Para pengamat Islam yakin, pemerintah
akan gagal mengurangi pengaruh Islam dalam kehidupan penduduk Tajikistan. Dan
terbukti, upaya keras pemerintah untuk membatasi aktivitas umat Islam selalu
mengalami kegagalan. Bukan hanya karena sejarah negeri itu, tetapi juga karena
peran dan potensi masyarakat Islam, di seluruh dunia yang terus tumbuh.
Tajikistan dan komunitas Muslim Tajik dengan potensi politiknya yang terus
tumbuh, menunjukkan betapa dalam dan kuatnya pengaruh Islam, dalam kehidupan
masyarakat tradisional Muslim di Asia Tengah. Dan semoga, kaum muslimin
Tajikistan diberikan kemudahan untuk menjalankan syari’at Islam, dengan penuh
keamanan dan ketentraman. Amiin yaa Robbal ‘Aalamiin.
Pembaca
yang dirahmati Alloh. Demikianlah beberapa informasi yang dapat disampaikan ke
ruang dengar anda, semoga Alloh ‘Azza wa Jalla senantiasa memberikan
keistiqomahan kepada kita semua, dan kepada saudara-saudara seiman kita, yang
berada di Negara Tajikistan ini. Dan semoga Alloh ‘Azza wa Jalla senantiasa
membimbing kita, untuk memiliki hati yang teguh, dan tetap taat menjalankan
syari’at-Nya. Aamin Ya Rabbal ‘Aalamin. Wassalamu'alaikum, warahmatullahi
wabarakatuh.
Salam, Avehizqyl


0 komentar: