Potret Kehidupan Kaum Muslimin di Tajikistan

19.48.00 Pustaka Abu Hizqiyal 0 Comments




Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh
Pembaca yang dirahmati Alloh. Alhamdulillah, kita dapat berjumpa kembali pada kesempatan ini, dalam rangka meningkatkan wawasan keislaman kita. Kali ini, kita akan menyimak potret kehidupan saudara-saudara seiman kita yang berada di Negara Tajikistan.
Pembaca yang di rahmati Alloh. Tajikistan adalah sebuah negara pecahan Uni Soviet yang terletak di Asia Tengah. Negara ini termasuk sebagai negara baru, yang lahir di awal abad ke-20 masehi. Kondisi geografisnya merupakan dataran tinggi, yang tidak berbatasan dengan laut. Sebagian besar penduduk Tajikistan termasuk ke dalam etnis Tajik, yang menggunakan bahasa Persia, sebagai bahasa sehari-hari. Tajikistan adalah satu-satunya anggota Commonwealth of Independent States, yakni  persemakmuran negara-negara merdeka, dari pecahan Uni Soviet, yang memperbolehkan warganya memiliki kewarganegaraan ganda, yaitu sebagai warga negara Tajikistan dan juga sebagai warga negara Rusia.
Berdasarkan data statistik paling mutakhir, Agama Islam adalah agama terbesar di negara ini . Persentasenya melebihi angka 90 persen dari keseluruhan populasi penduduk, yang jumlahnya sekitar 8.586.000 jiwa. Dan sebagian besar kaum Muslimin Tajikistan adalah Ahlussunnah wal Jama’ah. Saat ini terdapat sekitar 300 Masjid, dan puluhan lembaga pendidikan Islam di negeri ini. Meski Muslim merupakan mayoritas, Namun Tajikistan bukanlah negara Islam. Tajikistan merupakan negara sekuler, yang menjamin kebebasan beragama dalam konstitusinya.
Pembaca. Sejarah mencatat, pasukan Muslim menaklukkan kawasan tersebut ,pada tahun 644 Masehi. Selanjutnya, proses penyebaran Islam di wilayah dataran tinggi ini, harus melalui jalan yang terjal dan waktu yang lama. Selama beberapa abad, Kekaisaran Samanid menguasai wilayah ini, menggantikan penguasa sebelumnya, yakni kaum Muslim Arab. Di bawah Samanid, Kota Samarkand dan Bukhara ditata kembali menjadi lebih besar dan megah. Dua kota ini menjelma menjadi pusat kebudayaan bagi Muslim Ahlussunnah yang berbahasa Persia.
Pada abad ke-19 Masehi, Tajikistan masuk dalam wilayah Kekaisaran Russia. Kemudian, Tajikistan tergelincir ke dalam cengkraman negara komunis Uni Soviet, beberapa waktu pasca pecahnya revolusi sosialis di tahun 1917 Masehi.
Periode komunis Uni Soviet, merupakan masa-masa yang kelam bagi Tajikistan . Kebudayaan dan peradabannya nyaris hancur. Begitu pula umat Islam hidup sengsara, akibat penindasan rezim komunis. Kala itu, penguasa komunis menciptakan kaum elit baru yang sekuler dan ateis, untuk memusuhi dan memberangus Islam dari negeri pemilik pegunungan Ural ini.
Setelah Tajikistan menjadi negara merdeka, terjadi pergulatan sengit untuk meraih kekuasaan, yang akhirnya mengobarkan perang, antara pendukung pemerintahan sekuler dan pendukung Serikat Tajik, yang terdiri dari kelompok nasional demokrat dan kelompok Islam.
Namun, kelompok terkuat dalam Oposisi Tajik adalah Islam, dipimpin oleh Partai Kebangkitan Islam. Pengaruh partai Islam dalam konflik ini amat kuat, bahkan umat Islam dikenal sebagai pejuang paling tangguh selama masa perang. Perang sau dara terus berkobar hingga 1997 dan menewaskan se ba nyak 80-150 ribu orang.
Setelah Lima tahun berperang pihak-pihak yang terlibat konflik akhirnya duduk bersama di meja perundingan di bawah mediasi Rusia. Hasil utama dari perjanjian itu adalah pihak-pihak yang terlibat konflik sepakat membentuk Komite Rekonsiliasi Nasional.
Berdasarkan perjanjian damai itu, oposisi mendapatkan 30 persen posisi dalam struktur pemerintahan dan 25 persen posisi di Komisi Pemilihan Pusat.
Buah dari perjanjian damai itu, Komunitas Muslim dan partai-partai Islam mendapat kebebasan yang luas untuk melaksanakan kegiatan mereka. Namun, beberapa tahun kemudian, kebijakan pemerintah terhadap Islam mulai berubah drastis. Pada awal tahun 2000-an, pemerintah melarang pemuda Muslim yang berumur di bawah 18 tahun untuk mengunjungi masjid. Perempuan-perempuan juga dilarang mengenakan hijab di beberapa area. Mahasiswa Muslim juga dilarang meneruskan pendidikan Islam di negara-negara Arab. Pada saat yang sama, pemerintah juga melarang organisasi Islam internasional beraktivitas di Tajikistan.
Bahkan, rezim yang berkuasa secara terang-terangan melancarkan kampanye anti-Partai Kebangkitan Islam dengan melabelinya sebagai kelompok ekstremis. Bahkan di beberapa distrik, otoritas setempat menutup masjid yang dikendalikan Islam dan mengubahnya menjadi klub serta tempat minum teh.
Bahkan, di tahun-tahun sekarang, pemerintah sekuler Tajikistan sedang ketakutan, dengan perkembangan Islam di negerinya. Fenomena itu jelas terlihat, dari segenap aktivitas masyarakat di negara bekas pecahan Uni Soviet ini. Janggut tengah menjadi tren. Jilbab begitu ramai dipakai oleh kaum Muslimah Tajikistan. Lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an bebas diperdengarkan.
Kondisi itu semakin jelas, ketika Tajikistan mengusung semangat sekularisme diawal berdirinya. Sejalan dengan itu, sekulerisme yang ditawarkan tidak serta merta menghilangkan kerinduan terhadap Islam. Wal hasil, berbondong-bondong warga Tajikistan mengikuti saudara-saudara mereka di berbagai penjuru dunia untuk kembali pada Islam.
Kalangan kritikus menyamakan upaya yang dilakukan pemerintah Tajikistan meniru gaya Uni Soviet saat mematikan penyebaran Islam. Mereka memperingatkan, larangan terhadap pemuda untuk mendatangi masjid melalui undang-undang yang baru saja diberlakukan sama saja dengan kebijakan bunuh diri lantaran efek yang dihasilkan semakin memperkuat keinginan pemuda untuk meramaikan masjid.
Namun, bukan hal mudah untuk memberangus Islam. Para pengamat Islam yakin, pemerintah akan gagal mengurangi pengaruh Islam dalam kehidupan penduduk Tajikistan. Dan terbukti, upaya keras pemerintah untuk membatasi aktivitas umat Islam selalu mengalami kegagalan. Bukan hanya karena sejarah negeri itu, tetapi juga karena peran dan potensi masyarakat Islam, di seluruh dunia yang terus tumbuh. Tajikistan dan komunitas Muslim Tajik dengan potensi politiknya yang terus tumbuh, menunjukkan betapa dalam dan kuatnya pengaruh Islam, dalam kehidupan masyarakat tradisional Muslim di Asia Tengah. Dan semoga, kaum muslimin Tajikistan diberikan kemudahan untuk menjalankan syari’at Islam, dengan penuh keamanan dan ketentraman. Amiin yaa Robbal ‘Aalamiin.
Pembaca yang dirahmati Alloh. Demikianlah beberapa informasi yang dapat disampaikan ke ruang dengar anda, semoga Alloh ‘Azza wa Jalla senantiasa memberikan keistiqomahan kepada kita semua, dan kepada saudara-saudara seiman kita, yang berada di Negara Tajikistan ini. Dan semoga Alloh ‘Azza wa Jalla senantiasa membimbing kita, untuk memiliki hati yang teguh, dan tetap taat menjalankan syari’at-Nya. Aamin Ya Rabbal ‘Aalamin. Wassalamu'alaikum, warahmatullahi wabarakatuh.

 Salam, Avehizqyl

You Might Also Like

0 komentar: