Keutamaan Shalat Berjamaah di Masjid

02.45.00 Pustaka Abu Hizqiyal 0 Comments


Pembaca yang dirahmati Allah. Alhamdulillah, kita dapat berjumpa kembali pada kesempatan ini dalam rangka meningkatkan keilmuan dan keimanan kita terhadap agama Allah ‘Azza wa Jalla . seperti biasa pada kajian hari ini, kita akan mengkaji Syarah Hadits tentang keutamaan shalat berjamaah di Masjid.
Pembaca yang dirahmati Allah. Shalat jama’ah memiliki keutamaan dibanding shalat sendirian dengan selisih 27 derajat sebagaimana sering kita dengar. Inilah keutamaan shalat jama’ah tersebut. Disamping itu, orang yang menunggu shalat di masjid juga akan mendapat pahala dan do’a malaikat. Begitu pula ketika seseorang sudah berjalan dari rumahnya menuju masjid, itu pun sudah dihitung pahalanya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
 “Shalat berjama’ah yang dilakukan oleh seseorang lebih banyak pahalanya daripada shalat sendirian di pasar atau di rumahnya, yaitu selisih 27 derajat. Sebab, seseorang yang telah menyempurnakan wudhunya kemudian pergi ke masjid dengan tujuan untuk shalat, tiap ia melangkah satu langkah saja maka diangkatkan baginya sepuluh kebaikan dan setiap melangkahkan kaki kiri maka akan dihapuskan sepuluh keburukan darinya sampai ia masuk ke dalam masjid.Maa syaa Allah. Tidak sampai di sana para Pembaca. Ketika ia berada di dalam masjid pun ia masih dianggap mengerjakan shalat selama ia menunggu hingga shalat dilaksanakan. Para malaikat pun akan mendo’akan orang yang tidak beranjak dari tempat shalatnya, Para malaikat akan berdo’a kepada Allah “Ya Allah, kasihanilah dia, ampunilah dosa-dosanya, terimalah taubatnya.” Hal ini akan terjadi selama ia tidak berbuat kejelekan dan tidak berhadats di dalam Masjid.” (HR. Bukhari No. 477 dan Muslim no. 649).
Pembaca yang dirahmati Allah . Selanjutnya mari kita kaji tentang pelajaran yang terdapat di dalam hadits yang sedang kita bahas ini. Di antaranya adalah sebagai berikut:
Pertama, hadits ini berisi tentang bolehnya bagi kaum Muslimin untuk mendirikan shalat di pasar, meskipun pasar adalah tempat kesibukan yang dipenuhi dengan urusan duniawi dan akan membuat shalat kita menjadi kurang khusyu’,
Kedua, shalat berjamaah lebih utama daripada shalat sendirian yaitu 27 derajat sebagaimana disebutkan dalam riwayat lainnya. Hal ini tentunya harus kita jadikan sebagai motivasi untuk lebih bersemangat dalam mendulang pahala yang besar dan melimpah.
Ketiga, menurut pendapat yang paling kuat, hukum shalat jama’ah bagi laki-laki adalah fardhu ‘ain artinya shalat berjamaah bagi kaum laki-laki adalah suatu kewajiban yang tidak dapat diwakilkan dan harus dikerjakan sendiri. Sedangkan bagi wanita tidaklah dihukumi wajib karena shalat wanita lebih baik di rumahnya. Hadits ini hanya menerangkan fadhilah shalat jama’ah yang pahalanya dikalilipatkan sebanyak 27 derajat daripada shalat sendirian, tanpa menyebutkan hukumnya. Adapun yang menunjukkan bahwa hukum shalat jama’ah itu wajib ‘ain terdapat dalam hadits-hadits yang lain, karena ada ancaman keras bagi yang meninggalkannya. misalnya dalam sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassallam,
“Sungguh saya ingin memerintahkan para pemuda untuk mengumpulkan kayu bakar yang banyak, kemudiaan saya akan mendatangi orang-orang yang shalat di rumahnya tanpa udzur dan saya akan bakar rumah-rumah mereka.” (HR. Muslim).
Kemudian dalam hadits lain Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tetap mewajibkan Abdullah bin Ummi Maktum yang buta untuk berjamaah di masjid. Seperti dikisahkan tatkala Abdullah bin Ummi Maktum menghadap Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam seraya berkata : ”Wahai Rasulullah, tidak ada orang yang membimbing saya pergi ke Masjid. Apakah ada keringanan untukku untuk tidak shalat berjama’ah ke masjid.” kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bertanya:. “Apakah engkau masih bisa mendengar panggilan shalat (Adzan)?. Abdullah bin Ummi Maktum r.a. menjawab:. “Ya, Saya masih bisa mendengarnya.”. Lalu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menetapkan:. “Penuhilah panggilan itu.”. Akhirnya Abdullah bin Ummi Maktum r.a. yang buta itu selalu hadir di Masjid untuk shalat berjama’ah, sehingga akhirnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam memberikan penghargaan dengan menetapkan Abdullah bin Ummi Maktum sebagai muadzin bersama Sahabat Bilal bin Rabah r.a..
Keempat, niat yang membuat seseorang pergi ke luar hingga menunggu shalat dinilai berpahala. Jika seseorang ke luar rumah tidak berniat untuk shalat, tentu tidak akan mendapat pahala seperti sebagaimana orang yang berniat untuk shalat. Mungkin inilah yang menyebabkan Imam Nawawi meletakkan hadits ini pada hadits ke sepuluh di BAB pertama dalam kitab Riyadhus Shalihin.
Kelima, Shalat lebih utama dari amalan lainnya karena terdapat do’a malaikat di sana. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidaklah seseorang di antara kalian duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, melainkan para Malaikat akan mendo’akannya: ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah, sayangilah ia.’”
Allaahu Akbar! Sungguh sebuah amal yang sangat mudah dilakukan, tetapi pahalanya sangatlah besar. Seseorang duduk dalam keadaan berwudhu’ untuk menunggu datangnya waktu shalat, maka seakan-akan ia berada dalam keadaan shalat dan para Malaikat akan mendo’akannya agar ia mendapatkan ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kasih sayang -Nya.
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin Rahimahullah menambahkan ketika mensyarah hadits ini, “Jika seseorang menunggu shalat dalam waktu yang lama, setelah sebelumnya melakukan shalat tahiyatul masjid dan berdiam setelah itu, maka akan dihitung pahala shalat.” (Syarh Riyadhus Sholihin, 1: 74).
Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Hanya Allah yang Maha Memberi Taufik dan Hidayah kepada kita semua.
Para Pembaca yang dirahmati Allah . Demikianlah sederet penjelasan yang dapat kami disampaikan ke ruang dengar anda. Semoga Allah senantiasa membimbing hati kita untuk menjadi hati yang teguh taat kepada syari’at-Nya dan mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Aamin Ya Rabbal ‘Aalamin. InsyaAllah kita akan berjumpa kembali pada edisi selanjutnya.

Wallahu a’lam.

Salam, Avehizqyl Khalid Al-Ghafiqhie.


You Might Also Like

0 komentar: