Pentingnya al-‘ilmu qabla al-qauli (Mengetahui secara pasti tentang suatu ilmu, sebelum menghakimi)

02.49.00 Pustaka Abu Hizqiyal 0 Comments


Suatu  Jum’at yang cerah, diiringi dengan tilawah Syaikh Mu’ammar Z.A. yang merdu …
Fulan     : “Mu’ammar Z.A. bacaan Qur’annya ngga fasih, tapi kok bisa ya jadi  Qoori’ internasional yang diakui??? Ironis!”
Aku      : “Ngga fasih gimana maksudnya, Akhii?”
Fulan     : “Coba dengerin! Panjang pendeknya ngga sesuai. Masa, ‘aamanuu’ dibacanya panjang tujuh harakat ‘aaaaaaamanuu’, terus ‘kabiiroo’ dibaca ‘kabiiraa’, ‘sholaah’ dibaca ‘sholooh’, ‘kuwwirots’ dibaca ‘kuwwirats’, ‘wal-ardh’ dibaca ‘walardh’. Maa ro’yuka fii haadzaa?”
Aku      : “Oh, emang gitu bacanya. Itu udah sesuai tajwid dan tahsin, Akh. Itu Al- Qira’ah As-Sab’ah atau Al-Qira’ah Al-‘Asyrah, varian dalam tilawah Al-Qur’an. Disebut Qira’ah tujuh atau sepuluh karena ada tujuh atau sepuluh imam qira’at yang masyhur dan masing-masing memiliki langgam bacaan tersendiri. Memang ada perbedaan bacaan, harakat, bahkan makhraj. Yang di-tilawahkan oleh Syaikh Mu’ammar Z.A. tadi adalah Qira’ah dalam riwayat Hafsh ‘an ‘Aashim dan Warsh ‘an Naafi’ Rahimahumullaah. Dan bla-bla-bla. . .” (dijelasin panjang-lebar).
Fulan     : “Hmm. . . Begitu ya, Akh. Astaghfirullaah, Anaa udah zhalim terhadap Rajul (laki-laki berintegritas Islam sejati). Udah nuduh yang engga-engga tanpa ilmu.”
Aku      : “Laa ba’sa. Kan Antum belum tau tadi mah. Sekarang udah tau. Hehe.”
Fulan     : “Yoyoy, Brother! Jazaakallaahu Khairan! Domoo Arigato!”


Hikmah : Begitulah! Terkadang kita menyalahkan ‘amaliyah (perkataan atau perbuatan) orang lain itu bukan karena kita lebih pinter, tapi karena kita belum tahu ilmunya.

You Might Also Like

0 komentar: