Dari Fase John Lennon Menuju Fase Atho’ bin Abi Robah

18.42.00 Pustaka Abu Hizqiyal 0 Comments


    Seiring dewasa, perspektif tentang kata “Keren” yang penuh ambisi pun berubah. Dahulu ketika di bangku SMA, ketika masih sangat polos tentang makna kehidupan, aku sangat berambisi menjadi seorang pemusik legendaris seperti John Lennon dan Noel Gallagher, yang bergelimang harta dan pujian serta sensasi. Sampai menjadi seorang Beatlemania dan Oasismania yang hafal seluruh lagunya. Memasuki masa pencerahan di bangku kuliah, aku bagaikan masuk ke dalam sebuah karantina yang menjulang tinggi ke atas langit, dimana aku bisa memandangi hakikat dunia yang sesungguhnya. Mengenal tentang arah dan tujuan hidup secara hakikat, bukan fatamorgana palsu yang penuh dusta dan konspirasi.
    Saat itu aku mulai sadar tentang apa yang harus aku cari dan ku kejar di dunia ini. Ternyata bukan tentang harta, dan bukan pula tentang popularitas. Tapi yang harus aku cari hanya sebuah keridhoan ilahi, keridhoan dari suatu Dzat yang telah menciptakanku, menciptakan dunia, serta alam semesta. Yang telah mengatur puspa skenario penuh warna di dunia ini. Dia pula yang menjadi muara kehidupan kedua bagi seluruh umat manusia. Dialah yang menyediakan muara penuh bahagia dan muara penuh siksa.
     Semenjak itu, aku tersadar. Tak mesti menjadi seorang John Lennon kedua di dunia ini, namun aku mesti menapaki jalan sang moyang mulia yang kehidupannya hanya bergantung kepada Dzat ilahi, ialah Atho’ bin Abi Robah Rohimahulloh. Seorang Habsyi karismatik yang sangat zuhud dan wara’. Berjalan terseret dengan satu kakinya, memandang dengan setengah inderanya, dan nafasnya terus mengeluarkan tasbih. Dialah ulamanya para ulama terdahulu. Sungguh moyang teladan. Sungguh tak layak sebenarnya menyandingkan namanya dengan kedua penyanyi tadi.
    Maka aku bersegera mengambil secarik kertas agenda untuk melakukan revolusi kehidupan, dari mulai ranjangku, dan terus berjalan serta berlari mengejar makna kehidupan. Revolusi itu bernama revolusi iman yang bertabur kebahagiaan. Tak perlu menjadi seorang Lennon atau Noel untuk bahagia. Cukuplah meneladani Atho’ bin Abi Robah Rohimahulloh untuk menjadi manusia yang paling bahagia di akhir zaman ini.

By: Abu Hizqiyal, Khalid Al-Ghafiqhie, S.Pd.I.


You Might Also Like

0 komentar: